Surat untuk Alden
Halo Alden kesayangan Aira, apa kabar? Harus selalu baik-baik aja, ya? Janji? Jangan sedih gitu dong, kan katanya asalkan aku sembuh, salah gak? Salah sih, karena aku gak ngertiin perasaan kamu. Aku hanya bisa minta maaf, aku sebagai makhluk hanya bisa mengikuti titah Tuhan saja, kan aku juga udah berusaha sebisa mungkin buat bisa hidup seperti kalian, tapi takdir berkata lain.
Alden kesayangan Aira, jangan lama-lama ya sedihnya? Kamu harus tetep hidup, menjalankan misi lainnya menuju hidup yang lebih bahagia. Kalau kamu berpikiran mau nyusul aku, aku marah besar loh. Tapi aku percaya, kamu itu laki-laki kuat yang pernah aku temui setelah papah. Ohiya, aku udah sama papah di sini, aku ceritakan semua tentang kamu, dan ayah gak berhenti bersyukur tauu. Makasih ya, udah hadir di hidup aku, walapun singkat, tapi ini sangat sangat berharga sekali, aku bahagia selama bersama kamu. Kamu terlalu sempurna buat aku, sayangnya aku gak bisa menggenggam tangan kamu lebih lama, mau sedih tapi sama aja aku gak nurut sama Tuhan. Sekarang aku udah ikhlas walaupun asalnya berat banget, tapi kalau ini yang terbaik kenapa gak kita turuti saja?
Alden kesayangan Aira, seperti yang aku bilang, kalau aku udah ikhlas dengan semuanya, termasuk diri kamu ... Alden di dunia ini cuman ada satu, awalnya berat, gak sanggup kalau kamu harus bersama wanita lain. Tapi aku sadar, sikap seperti inituh terlalu egois. Kamu harus tetap hidup, bahagia, bangkit dari keterpurukan. Cari wanita lain yang bisa menemanimu sampai tua, cari wanita yang bisa mengurus kamu dan anak-anak kamu nanti. Impian kita tentang membuat satu keluarga kecil dan bahagia, tolong wujudkan bersama wanita pilihan kamu itu. Pasti kamu dapet wanita yang jauh lebih baik dan lebih sempurna dari aku. Aku gak akan marah, atau menghantui kamu setiap malam? Konon katanya hantu perawan itu pendendam? Haha enggak kok, tenang aja, yang ada aku ikut bahagia.
Alden kesayangan Aira, makasih ya udah menemani aku sampai saat-saat terakhir aku ada di dunia ini, padahal kamu sendiri sedang capek karena beban kuliah yang makin banyak, belum lagi masalah keluarga, masalah bersama teman, itulah hidup. Tapi kamu tegar menahan semuanya, kamu selalu menunjukkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Makasih ya, udah rela begadang demi ngejagain aku dari tidur sampai tidur lagi, makasih karena selalu menggenggam tangan aku, menguatkan, meyakinkan kalau ini cara Tuhan menyayangi aku. Makasih karena selalu tersenyum di hadapan aku, memikul cobaan ini berdua. Tuhan pasti membalas semua kebaikan dan ketulusan kamu.
Alden kesayangan Aira, harus kamu ingat, kalau nanti kamu menemukan wanita pilihanmu, tolong jangan ingat lagi tentang aku, sedih juga sih kalau bener-bener dilupakan. Maksud aku, fokuslah sama wanita kamu nanti, jangan ungkit tentang aku, jangan kamu bandingkan aku sama dia, aku berkata begini bukan jadi wanita yang ngerasa paling sempurna, aku yakin di luaran sana, banyak banget yang lebih dari aku, yakin. Hanya saja jangan sekali-kali kamu menyakiti wanitamu kelak.
Alden kesayangan Aira, andaikan aku dulu bertemu kamu lebih awal, pasti moment kita lebih banyak, pasti hari-hari itu lebihhh berharga, eh ... lupa ... kita sebagai manusia gak boleh mengatakan seandainya, ya? Maaf. Karena aku terlalu bersyukur mengenal kamu, makannya aku berpikiran seperti tadi.
Alden kesayangan Aira, kita berpisah di sini ya? Ini cincinnya aku kasih lagi sama kamu, semoga cincin ini segera menemukan jari manis wanita yang tepat dan terbaik. Aku kembalikan cincin indah ini, jaga baik-baik sampai menemukan pengganti yang jauh lebih baik. Aku tunggu kabar baiknya, ya?
Selamat tinggal kesayangan Aira, ALDEN RAJENDRA.