Sejak Kapan?
Dengan wajah gembira menyambut makanan kini Alya sudahberada di rumah makan milik keluarg a Rey yang dikelola langsung oleh Wenny. Alasan pertama datang ke rumah makan tersebut memang untuk menyantap masakan Buna Wenny tapi alasan lain yang membuat ia ingin sekali ke tempat ini yaitu semoga saja ada seseorang yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya, terutama setelah Dafa memberitahukan bahwasannya Reynaldi sedang tidak baik-baik saja.
Walaupun Alya tidak berharap banyak karena Wenny juga memberitahukan bahwasannya Rey jarang sekali datang ke sini, karena Rey selalu sibuk dengan kegiatan organisasi di kampusnya. Wenny akan bertemu kembali dengan Rey jika sudah malam di rumah mereka yang tempatnya tidak terlalu jauh dari tempat ini.
Wenny terus saja menceritakan semua tentang Rey mulai dari kebiasaan Rey, kesibukan Rey, bahkan sesekali Wenny sering keceplosan karena membicarakan sifat manjanya Rey kalau sudah di rumah, layaknya anak kecil yang terus butuh perhatian.
“Bun ... ceritain aja terus, sampai Rey malu,” ungkap Rey dari ujung pintu sana yang sudah cukup lama dirinya berdiri mendengarkan ocehan Bunanya.
Alya dan wenny seketika langsung menengok ke sumber suara.
“Aa!” teriak Wenny tiba-tiba, yang membuat Alya dan Rey terkaget.
“Hey, aa di depan bun, kenapa harus teriak segala?” jawab Rey bercanda.
“Ini ada Alya loh, masa kamu pake kolor begitu, mana bajunya itu-itu terus buna liat-liat, udah tiga hari sayang, kamu pake baju itu terus,” “Heran, bujang buna satu ini jorok banget,” celoteh Wenny sambil geleng-geleng kepala.
“Ada Alya, bun ... kan Rey juga emang jarang pakai baju ini, nanti juga diganti lagi pake baju tidur,” ungkap Rey dengan wajah cemberut namun menggemaskan.
“Iya deh iya.” Jawaban jahil Wenny tersebut membuat Alya tertawa terbahak-bahak.
“Gak usah ketawa, lo.” ungkap Rey kesal sambil mencomot makanan Alya menggunakan sendok yang sedang Alya gunakan untuk makan, sedangkan Alya masih tertawa.
“Aa, jangan culametan! Itu makanan punya Alya, gak sopan banget?”
“Aa laper bun, kok buna jarang masakin menu ini buat Rey?” ungkap Rey Sambil menunjuk makanan yang berada di piring Alya yaitu ayam katsu lengkap dengan saus barbeque.
“Ya emang aa pernah minta? Pasti aa mah mintanya telur dadar lagi, telur dadar lagi, apalagi aa tuh susah banget buat makan banyak,” ungkap Wenny kesal sambil mengantarkan makanan untuk Rey dan meninggalkan mereka agar mereka bisa lebih akrab lagi.
Tiba-tiba saja Alya berdiri yang membuat Rey menengadah karena heran melihat Alya,”Gak panas, kok?” ungkap Alya yang terus menempelkan punggung tangannya terhadap dahi Rey untuk memastikan bahwasannya Rey baik-baik saja.
Rey terkejut di sana, sempat diam beberapa detik namun akhirnya menepis pelan tangan Alya.
“Siapa yang demam? Gue baik-baik aja, Alya.” Alya diam tidak menjawab, malah menyentuh lehernya dengan punggung tangannya tersebut, kemudian iseng memijat lengan Rey cukup keras yang membuat Rey berteriak.
“Gak usah grepe-grepe gue, ya!”
“Kok, lo tau bahasa gituan?”
“Gituan gimana?”
“Halah, gue yakin mata lo juga gak suci-suci amat.”
“Mulai aneh.”
“Lo pernah pacara gak sih?”
“Pertanyaan lo yang bermutu, kek?
“Jadi penasaran pacar seorang Rey itu kayak gimana.”
“Gak punya pacar, sibuk.”
“Tapi cewek yang lo suka mah, ada kali?” “Kok mukanya merah sih? Lucu banget?”
“Duduk, Alya, abisin dulu makanannya, buna udah masak nih buat lo.”
“Halah, ngalihin pembicaraan.”
“Lo beneran gak sakit kan? Gak lagi rawat jalan juga, kan? Kan? kan?” sambil memastikan kedaan Rey dengan cara menempelkan kembali punggung tangannya tehadap Rey.
“Gue baik-baik aja Alya, tangan lo bau sambel?!” Rey menurunkan tangan Alya kembali.
“Jahat banget? Ini sambel buatan buna lo yang lo kata-katain!”
“Pemandangan apa ini? kok udah pegangan tangan aja?” ledek Hamzi disusul dengan Naren dan Jeano.
Rey langsung melepaskan tangan Alya, sedangkan Alya kini duduk kembali.
“Temen lo, Rey?” tanya Hamzi.
Tidak ada jawaban dari Rey karena merasa syok dengan kedatangan teman-temannya tersebut.
“Kondisikan dong mukanya, Rey. Kek udah ke gep apaan,” ledek Jeano.
Medengar suara yang tidaka sing untuk Alya, seketika refleks menyambutnya. “Jeje?”
“Slebew gak tuh?” ungkap Jeano sambil menampilkan eye smile-nya.
“Ngapain ke sini?”
“Makan lah, gue juga manusia biasa kali.”
“Mau cobain ini gak?” tawar Alya sambil menawarkan ayam dengan sendok yang ia gunakan untuk makan ditambah sambal khusus yang Alya minta pada Wenny.
“Lo gak usah jebak gue, gue gak terlalu bisa makan pedes.” Alya hanya menyeringai karena kelakuan usilnya diketahui oleh Jeano, sedangkan Jeano langsung duduk di kursi sebelah Alya, dan memakan bagian makanan yang tidak terkena pedasnya sambal buatan tangan ajaib Wenny.
“Lah kalian kenal?” tanya Hamzi bertanya setelah fokus dengan ponselnya.
“Hi, Hamzi?” sapa Alya yang membuat Hamzi terheran bukannya menjawab sapaan Alya.
“Lah, tau gue?”
“Iya tau atuh, siapa sih yang gak kenal kalian,” “Hamzi si jago nge-mc, gak ada lawan pokonya, naren si cowok kalem jajaka kita, terus Rey si juara debat berikut sekarang jadi ketua BEM, terakhir Jeano anak beban orang tua karena moge-nya ia otak-atik terus sampe rusak!!!” Lantas ungkapan tersebut membuat semua orang tertawa, kecuali Jeano si korban roasting Alya. Dari sana, Jeano dan Alya terus beradu mulut sampai tidak sadar saling menyuapi makanan, saling mengejek hingga membuat semua orang tertawa lebar dibuatnya. Namun, ada satu oran yang tawanya cukup dipaksakan seperti menyembunyikan perasaan sesuatu, yaitu Rey.
”Sejak kapan kalian seakrab ini?”
“Lo bengong terus dari tadi, mikirin apaan sih?” celetuk yang sedari tadi memerhatikan Rey karena banyak diam setelah kedatangan dirinya dan teman-temannya yang lain.
“Emang kalau bengong tuh mikir, ya?” celoteh hamzi.
“Diem lo, Zi. Makan mah makan we,” “Rey, angkat dulu, telfon lo berdering dari tadi, Sekum lo tuh minta diapelin kali,” ungkap Naren kembali, dan langsung mengalihkan atensi Alya.
Rey langsung bergegas mengangkat telfon tersebut menuju ke luar ruangan, mencari tempat yang hening agar dapat terdengar jelas.
“Mereka tuh jadian gak sih sebenernya?” tanya Hamzi sambil menyantap makanannya.
“Emang rumornya bener, ya? Kalau si Nayla itu nembak Rey?” bukannya menjawab, Naren malah melemparkan pertanyaan.
“Katanya sih iya, tapi gak tau, tu orang kalau di tanya ngeles mulu soalnya, iya kali,” ungkap Jeano asal.
”Hah? Nayla pacaran sama Rey?”