Salah hati

Setelah mendapatkan pesan dari Aira, Alden langsung keluar dari kelas menuju basement. Dalam keadaan panik, Alden mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Berkali-kali Alden terus menelfon Aira namun ternyata sedang ada dalam panggilan lain. Alden terus menerus memberikan pesan namun tak kunjung di balas.

Beberapa menit kemudian akhirnya sampai di rumah Aira. Alden memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah Aira yang ternyata tidak di kunci. Baru saja masuk, ternyata ada Air mineral yang berserakan di lantai, sepertinya Aira dapatkan dari supermarket pagi ini, tidak hanya itu, ada bubur dalam kantong plastik yang belum sempat Aira buka dan ada beberapa blister kapsul yang digunakan untuk mengobati kanker darah yang di derita Aira.

Alden berjalan pelan seraya mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, kini netranya menemukan sosok yang ia cari, Wajah Alden berubah sendu ketika dilihatnya Aira yang sedang meringkuk dekat meja makan sambil memegang kepalanya.

“Aira!!” teriak Alden sambil menghampiri Aira.

“....” Aira hanya meringis kesakitan.

“Ra ... kita ke Rumah sakit ya?” pinta Alden pelan.

“Sakit ....” lagi-lagi Aira meringis.

“Tahan ya?” ungkap Alden yang masih memikirkan cara, kemana harus membawa Aira pergi.

Tidak lama kemudian handphone Aira berbunyi kembali.

“Om Hendra ....” lirih Aira.

“Hmm? Kenapa? Om siapa?” tanya Alden sembari menghentikan Aira yang terus memukul kepalanya.

“Dokter Hendra .... handphone,” lirih Aira lemah.

“Bentar gue ambil dulu, tapi jangan terus memukul kepala, Ra ... nanti makin sakit,” pinta Alden.

Alden dengan segera meraih handphone yang berada di meja makan dan langsung menerima panggilan tersebut.

“Halo?”

“Sayang, kamu gak apa-apa kan? Apanya yang sakit? Om jemput ke sana?”

“Saya temennya Aira, Dok. Saat ini Aira kesakitan, dari tadi terus memegang kepalanya.”

“Yasudah saya jemput kesana ya?”

“Tidak usah Dok, saya bawa mobil, Saya antar sekarang.”

“Syukurlah, tolong bawa Aira ke Rumah sakit Neo ya? Saya tunggu di depan UGD.”

“Baik, Dok.”

“Aira ... maaf ya,” pinta Alden meminta izin untuk menggendong Aira dan membawanya ke dalam mobil.

Di dalam mobil.

“Aira ... jangan di pukul-pukul terus kepalanya ya?”

“Sakit ....”

“Iya, tahan ya? Sebentar lagi kita sampai.”

Karena Alden merasa terganggu dengan pukulan Aira, dengan cepat Alden meraih tangan Aira dan memegangnya dan mengusap punggung tangannya dengan tangan sebelah kiri, sedangkan tangan satunya sibuk untuk menyetir.


Di Rumah Sakit, setelah pemeriksaan.

“Aira? Gimana udah baikan sekarang?” tanya Hendra ceria.

“Sudah, Om. Makasih ya,” ucap Aira.

“Makasihnya sama temen kamu, Sayang. Dari tadi dia panik terus tau,” ungkap Hendra.

“Siapa?” tanya Aira.

Tidak lama kemudian Alden datang.

“Aira? Gimana udah baikan?” tanya Alden.

“Alden?!” Aira terheran-heran.

“Iya, sayang, barusan Alden ngurusin dulu administrasi di depan,” “Sebentar?!” “Alden?” Hendra seperti tidak asing dengan namanya.

“Kenapa, Dok?” Alden tidak kalah heran.

“Kamu kenal Viona gak?” tanya Hendra.

“Viona? Pernah dengar,” ucap Alden.

“Oh ini orangnya,” Hendra terkekeh.

“Kenapa, Dok? Saya ada salah?” Tanya Alden penasaran.

“Biasa, anak muda,” “Dulu, Viona sering banget menceritakan kamu ke saya, semuanya dia ceritakan, sepertinya Viona benar-benar suka sama kamu, Den,” “Masa gak ngerti urusan anak muda, Vionanya saya cantik loh, Den,” “Sering-sering mampir ke rumah saya, Den. Main sama Viona, pasti Viona seneng banget,” ungkap Hendra.

“Lain kali Alden usahakan mampir, Dok, kalau gak sibuk,” jawab Alden ramah.

“Mau pulang!” tiba-tiba Aira mengeluh ingin pulang.

“Sekarang emang boleh?” tanya Alden memastikan.

“Boleh kok,” ucap Hendra, untuk aturan obatnya nanti saya kirim pesan saja ya? Biar gak lupa.

“Alden, boleh sekalian minta nomer handphone-nya? Barangkali ada hal penting,” pinta Hendra.

“Boleh banget, Dok,” jawab Alden.

“Panggil saya Om saja, Den. Atau mau panggil saya Papah seperti Viona juga boleh, kan gak ada yang tau kedepannya bagaimana?,” Goda Hendra.

“....” Di sana Alden hanya tersenyum sopan terhadap Hendra.