Niat Baik
Yumna telah sampai terlebih dahulu di salah satu Restoran dekat kantor tempat Yumna bekerja.
Tidak lama kemudian, Aira pun sampai.
“Tante, udah nunggu lama?” tanya Aira langsung.
“Minum dulu, sayang,” “Tante juga baru sampai kok,” jawab Yumna.
“Tante gak libur kerja? Ini kan hari sabtu,” celoteh Aira.
“Ada keperluan di kantor, terus sebelum itu, Tante mau ngobrol sama kamu,” “Sering ketemu Om Hendra?” ungkap Yumna sambil menatap Aira dengan lembut namun di tatap dengan penuh rasa iba.
Tampak terlihat kalau senyum Aira memudar ketika Yumna menyebutkan nama Dokter tersebut. “Akhir-akhir ini aku sering menemui beliau, mungkin penyakitnya makin parah,” lirih Aira sambil menunduk.
“Nak ...” “Mulai sekarang, Tante mau bertanggung jawab atas semua pengobatan Aira,” “Tante siap buat biayain Aira berobat baik itu rawat jalan, kemoterapi maupun transplantasi sumsum tulang sekalipun,” “Tante bakalan cari pendonor yang cocok dan dipastikan tidak merugikan siapapun,” “Pokoknya tante pengen Aira sembuh seperti semula,” ungkap Yumna tulus.
“Tante ....” lirih Aira.
“Tolong jangan tolak niat baik Tante, Tante sayang sekali sama Aira.”
“Tapi Tante ....”
Aira hanya bisa mengernyitkan dahi, karena ini semua terlalu mendadak.
”Kok aneh ya? ....”