Nervous

Alden melangkahkan kakinya masuk ke dalam kafe. Entah kenapa Alden tiba-tiba merasa nervous. Salah tingkah. Di sana Aira melambaikan tangan dan melempar senyum manisnya terhadap Alden. Dengan senyum ramah Alden langsung menyapa wanita yang belakangan ini selalu mengganggu pikirannya.

“Aira? Kenapa baru main sekarang?” tanya Alden sambil membuka jaket dan topinya.

“Aku ke sini sekalian mau ngembaliin jaket kamu,” balas Aira.

“Jadi, kalau gak ada jaket, gak akan ke sini, gitu?” tanya Alden lagi.

“Napas dulu atuh, A. Ngebet banget,” ungkap Sarah tiba-tiba.

“Ngebet apa?” tanya Aira polos.

Di sana Alden sudah mengawasi Sarah agar tidak memberitahukan tentang perasaannya terhadap Aira.

“Ngebet nugas? Jurnal atau apalah itu, katanya mau ngerjain bareng, di sini,” ungkap Sarah memutar pembicaraan.

“Oh ya? Tapi aku gak bawa laptop,” ungkap Aira.

“Gampang, ada laptop gue kok, gantian aja.”

“Boleh tuh, Eh, tapi Arah kerja sendirian dong?”

“Gapapa, diamah gak bisa di ganggu kalau udah fokus kerja, nanti buyar.”

“Mana ada!!!!” ungkap Sarah kesal.

“Bilang aja, Aa mau modus ya?” goda Sarah.

“Apasih, Cil. Kerja aja yang bener sono,” balas Alden kesal.