Menerka
Hari ini merupakan hari bahagia untuk Aliesha, karena akan bertemu dengan idolanya yaitu Clara. Hadiah kecil yang akan ia berikan yaitu satu buket bunga cantik yang menggambarkan kecantikan seorang model panutannya.
Aliesha berangkat lebih pagi dijemput oleh kekasihnya yaitu Winar. Sebenarnya jadwal pemotretan dilaksanakan pukul delapan pagi, namun karena permintaan Winar yang ingin mengenalkan Aliesha kepada Clara, maka Winar meminta Clara untuk datang lebih pagi, agar ada kesempatan untuk mengobrol satu sama lain.
Kini kedua model tersebut telah sampai di lokasi tujuan. Winar yang sibuk mengarahkan pandangannya untuk menemukan seseorang yang ia cari, namun sepertinya berada di tempat yang lain. Sambil menenteng bunga yang ingin Aliesha berikan, Winar terus mencari keberadaan Clara.
“Sayang, tunggu sebentar, ya? Aku mau cari Clara dulu ke arah sana,” ungkap Winar menunjuk ke arah kanan dirinya.
“Gapapa aku pengen ikut juga,” balas Aliesha.
“Biar cepet, nanti kalau orangnya gak ada gimana? Bolak-balik yang ada,” ungkap Winar sambil berbicara menjauh dari Aliesha.
Sudah lima belas menit, Winar tidak kunjung datang. Aliesha terus mencoba menelfonnya, namun tidak bisa dihubungi, Winar sedang menelfon orang lain.
“Kak Winar telfon siapa sih?” gerutu Aliesha.
Aliesha berniat menyusul Winar, namun Tiba-tiba terdengar suara gelak tawa anak kecil yang menggemaskan dari salah satu ruangan sebelah kiri dari tempat Aliesha berdiri. Pelan-pelan Aliesha melangkahkan kaki untuk sekedar melihat-lihat.
Langkah kaki Aliesha sontak langsung terhenti, ketika dilihatnya ada seorang anak kecil yang tertawa riang karena orang tuanya terus menghujani dirinya secara bergantian dengan kecupan di pipi dan diberikan pelukan hangat tanpa henti.
“Mbak Clara? Caca ... Pak Thio juga?” lirih batin Aliesha.
Tubuh aliesha mematung di sana, dengan tatapan kosong, mencoba mengerti situasi yang baru saja ia lihat. Pikirannya sibuk menerka tentang hubungan mereka sebenarnya.
Dalam beberapa waktu terakhir pertemuannya dengan Thio, cukup membuat hati Aliesha merasa tersentuh dan mulai tumbuh perasaan yang seharusnya tidak boleh terjadi, mengingat dirinya sedang ada hubungan dengan Winar.
Terlarut dalam pikirannya, hingga tidak sadar kalau Thio sudah menatap jauh terhadap dirinya. Menyadari itu, jantung Aliesha seperti mau lepas karena terlalu kaget kalau Thio sudah menatap heran sedari tadi.
Dengan segera Aliesha pergi dari sana tanpa memedulikan tentang pertemuannya dengan Clara.
Baru saja Thio akan menyusul Aliesha, namun tertahan karena adanya Winar.
“Ra, ada Aliesha gak tadi ke sini? Gue udah cari kemana-mana tapi gak ada, di telfon juga gak di angkat,” tanya Winar dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.
“Aliesha siapa?” tanya Clara kebingungan.
“Itu, temen gue yang mau ketemu sama lo,” jawab Winar.
“Dari tadi belum ada orang yang masuk ke sini, selain lo, perasaan,” ungkap Clara.
“Aduh, sorry ya, Ra. Padahal lo bela-belain kesini pagi, tapi orangnya malah pergi, padahal tadi berangkat sama gue.”
“Gapapa kali, toh aku juga pagi-pagi kesini mau ketemu anak dulu.”
Sedangkan Thio, hanya terdiam tidak ingin memberitahukan keberadaan Aliesha, yang baru saja terlihat dihadapannya. Thio melihat ada kejanggalan dalam diri Winar, maka dari itu Thio memilih diam dan hanya menyimak pembicaraan antara Clara dan Winar yang sepertinya sudah kenal dekat, karena Clara secara terang-terangan mengaku kalau Caca adalah anaknya.