Kapan?
Reynaldi, Wenny, dan Chandra kini sudah berkumpul di meja makan duduk manis menunggu tamunya datang. Wenny dan Chandra terus memerhatikan anaknya tersebut dengan wajah sedih sambil melihat ponsel namun tatapannya tersebut kosong. Entah apa yang dipikirkan Rey, sikap tersebut berubah setelah Rey melihat postingan status WhatsAap seseorang yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
“A, mikirin apaan sih? Simpen dulu ponselnya, dari tadi buna manggil aa, tapi gak nyaut,” tanya Wenny menyadarkan Rey kemudian menyuapi anaknya tersebut dengan puding coklat kesukaannya.
“Enak gak?” tanya Wenny.
Rey hanya mengangguk di sana.
“Bun?”
“Kenapa?”
“ Kan Om John doang yang mau datang, kenapa piringnya disiapin buat berlima?”
Sedangkan Chandra hanya tersenyum di sana memandangi anaknya tersebut, Chandra sekarang mengerti kenapa anaknya berperilaku seperti itu.
Baru saja Wenny akan menjawab pertanyaan tersebut, tiba-tiba klakson mobil John berbunyi mennadakan kalau John sudah sampai. Rey hanya menunduk di sana—meraih ponselnya kembali padahal tidak ada hal penting untuk ia lihat dalam ponselnya. Chandra yang terus memandangi Rey, hanya bisa tersenyum jahil.
Tiba-tiba tidak lama kemudian John datang seorang diri dan langsung masuk ke dalam rumah tersebut setelah Wenny membukakan pintu untuknya. Ekspresi kecewa Rey masih terlihat jelas saat ini, dengan begitu Rey tetap menyambut sopan kedatangan John, namun hati kecilnya tidak bisa berbohong, kalau saat ini dirinya kecewa karena seseorang yang ia tunggu benar-benar tidak datang.
Tidak lama kemudian seseorang menjerit dari luar sana, “Papah ih, ini bawanya gimana? Susaaah!” Alya menggerutu cukup keras dari luar sana. Dengan mata yang berbinar, seketika kepekaan Rey meningkat seribu persen, terperanjat dari duduknya dan langsung melesat ke luar sana untuk menghampiri orang yang ia tunggu-tunggu.
Baru saja Johnathan akan menyusul Rey dan anak gadisnya, namun ditahan oleh Chandra, “Jangan ganggu anak muda, John,” ungkap Chandra sambil menuangkan teh untuknya.
Sedangkan Wenny tersenyum di sana, “Keliatan gak gerak-gerik anak aku tadi?”
“Keinget Chandra pas ngejar-ngejar kamu Wen,” ledek John yang kini sudah terduduk kembali.
“Emanya aku maling, sampe dikejar-kejar.”
“Maling perasaan?” goda John.
“John, kita udah tua, geli aku bahas begituan!”
“Bener gak, Chan?” John masih meledek Chandra.
“Setidaknya ada skill yang diturunkan terhadap anak, saya yakin Rey pasti berhasil mendapatkan Alya, udah gak perlu diatur-atur lagi perjodohan mereka, percuma, kalah cepat nanti sama perasaan mereka sendiri,” ungkapnya dengan percaya diri yang membuat semua orang tertawa menanggapi jawaban Chandra.
“Hmm Alya belum dikasih tau, John?” tanya Wenny yang seketika senyuman John memudar, Chandra pun ikut penasaran apa jawaban dari John.
“Gak tau sanggup atau enggak untuk kasih tau semuanya sama kakak,” lirih John lemas.
“Segera ya, John. Kasian Alya,” “Nanti marah lho, kalau misal kamu terlalu lama buat gak jujur sama dia.” Wenny memperingatkan John.
“Bingung, Wen. Kamu tau sendiri kan kalau kakak gimana.”
“Segera pikirkan, John. Ini demi kebaikan kamu sama Alya juga, lebih cepat lebih baik.” John hanya menghela napas kasar karena membayangkannya saja sudah tidak sanggup rasanya.
Tidak lama kemudian yang dibicarakan sudah masuk ke dalam rumah. Rey membawa parsel buah ukuran besar dan daging sapi mentah kualitas super yang John beli untuk diberikan pada keluarga Chandra. Sedangkan Alya di sana membawa bingkisan lain serta tas kecil nan mewah yang merupakan salah satu koleksi tas dirinya.
“Ya ampun Alya cantik banget, nak?” Wenny menghampiri Alya dan langsung peluk cium anak John tersebut.
Kemudian Alya mencium tangan Chandra dan di usapnya kepala Alya pelan.
Mereka kini sudah duduk dengan posisi duduk saling berhadapan, dan untuk posisi Rey yaitu tepat di depan Alya.
Dalam acara makan-makan tersebut, Alya terus meremat perutnya karena memang sedang datang bulan.
Wenny menyadari keadaan tersebut dan langsung bertanya, “Alya sakit?” seketika Rey langsung menatap Alya khawatir.
“Tiap bulan pasti kakak kayak gini, Wen. Salahnya saya tadi lewat apotek gak mampir dulu buat beli obat, tapi nanti juga baikan kok, semoga …” ungkap John sambil terus memastikan keadaa ankanya tersebut.
“Baikan gimana, itu anak kamu sampe pucet kayak gitu?” ungkap Wenny yang langsung menghampiri Alya.
“Gak kok Bun, gapapa asli, masih kuat kok,” lirih Alya dengan suara pelan.
“Sakit banget gak, Al?” “Soalnya dulu Buna Wenny sakitnya seperti melahirkan katanya,” tanya Chandra memastikan.
“Terus sembuhnya gimana?” tanya John antusias karena memang segala cara sudah John lakukan untuk Alya.
“Ya Melahirkan,” jawab Chandra singkat.
“Jangan ngaco, Chan.” John tidak percaya akan jawaban Chandra yang terdengar asal.
“Emang bener, John. Rasa sakitnya berkurang setelah aku ngelahirin Aa,” ungkap Wenny.
“Masa kita nikahin Alya sama Rey sekarang, biar Alya bisa melahirkan juga,” ungkap John tanpa berpikir jernih.
“Papah ih, ngomongnya jadi kemana-mana, kakak lagi sakit juga,” lirih Alya dengan kepala semakin menunduk.
“Heh udah udah, kok jadi bahas melahirkan gini, ini Alya udah makin pucet tau,” “Buna Bawa Alya ke kamar dulu, Kalian lanjut makan aja,” “Kita ke kamar Aa aja, ya? Soalnya kamar buna agak berantakan, terus kamar tamu belum sempat buna bersihin juga.”
“Bun, maaf jadi ngerepotin.”
“Gapapa sayang, buna tau rasanya gimana sakitnya seperti itu,” sambil terus berjalan menuju kamar Rey.
Posisi Alya kini hanya berbaring dan memejamkan matanya merasakan rasa sakit luar biasa ini. tidak lama kemudian, seseorang masuk ke dalam kamar tersebut, namun Alya enggan untuk membuka matanya karena pasti yang datang adalah Buna Wenny.
“Anak Farmasi kok sakit,” ledek seseorang yang membuat dirinya terperanjat memaksakan menjadi posisi terduduk.
“Rey?!”
“Baringan aja, Al,” ungkap Rey sambil memberikan obat pereda sakit untuk Alya beserta air putihnya.
“Makasih banyak, Rey,” ungkap Alya sopan untuk kali ini.
“Sama-sama, jangan sakit lagi, Al.” balas Rey sambil menatap Alya lembut, kemudian Rey memberikan warm water zak untuk mengompres perut Alya demi mengurangi rasa sakit akibat kejang otot pada perutnya saat ini. Sedangkan yang ditatap hanya diam mematung karena perlakuan Rey yang saat ini kadar kelembutannya meningkat sampai volume maksimal yaitu seratus persen.