Bertemu
Jay dan Ayleen hanya bisa saling menatap tak percaya. Keduanya hanya bisa diam pada posisi masing-masing, tubuh keduanya mendadak kaku tidak bisa bergerak. Keduanya masih tetap saling menatap dan memastikan bahwa yang ada di depan mata mereka adalah sosok yang dirindukan selama ini. Sampai pada akhirnya Jay mendekati Ayleen dan langsung memeluk hangat tubuhnya, Jay berusaha untuk mengatur nafas dan degup jantungnya masih sama seperti dulu.
“Ayleen ...” “Syukurlah nyatanya memang kamu selalu baik-baik saja,” lirih Jay yang masih memeluk erat tubuh Ayleen.
“....”
“Ay, datanglah disaat kamu udah siap dengan semuanya,” “Aku juga sedang berusaha jadi orang lebih baik kok,” “Tolong jangan terluka lagi ya? Hubungi aku kapanpun kalau kamu mau, kalau gak bisa? Gapapa, kita gak tau kedepannya seperti apa,” “Tolong selalu baik-baik saja kayak gini ya?” “Aku harus pergi, aku harus memberikan bunga ini sekarang,” lirih Jay dan melepaskan pelukannya setelah beberapa menit, Jay menatap dalam mata Ayleen dan menghapus air mata yang membasahi pipi Ayleen.
Dengan kesedihan yang amat mendalam , dan langkah kaki yang berat untuk melangkah, akhirnya Jay meninggalkan Ayleen. Ayleen hanya menatap punggung Jay yang perlahan menjauh, lalu berlari mengejar Jay.
“Jay!” “Kamu akan pergi gitu aja?”
“....”
“Tolong bawa aku pergi dari sini,” pinta Ayleen dengan air mata yang mulai menetes kembali.
Mendengar itu, langkah Jay terhenti dan berbalik badan, memandang hangat Ayleen di sana, Jay kemudian menghampiri Ayleen lagi.
“Ay, kenapa kamu melakukan ini? bagaimana kalau nanti Ibu kamu tau?”
Ayleen mulai kesal dengan kenyataan ini. “Aku udah gak peduli lagi Jay, aku udah capek hidup yang serba dibatasi, jadi tolong bawa aku pergi,” pinta Ayleen sambil meremas tangannya sendiri karena emosi yang sudah mulai memuncak.
Melihat itu Jay langsung menggenggam tangan Ayleen.
“Aku yang gak bisa, Ay. Tolong mengerti.”
“Ga bisa kenapa?” “....” “Ah, kenapa aku lamban sekali,” “Maaf Jay, pasti hari ini tanggal penting buat kamu ya?” “Lupa kalau kamu harus memberikan bunga ini pada seseorang,” “Maaf, tadi aku terlalu emosi,” “Kamu boleh pergi sekarang,” “Bahagia terus ya Jay?”
Baru saja Ayleen yang akan pergi dari hadapan Jay, langsung di tahan oleh Jay. “ Apa yang kamu pikirkan tentang bunga ini, Ay?”
“Aku tau arti dari bunga itu, Jay,” “Pasti sekarang pacar kamu atau istri kamu? Sedang menunggu hadiah ini kan?”
“Apakah bunga ini harus tentang itu?” “Bukan itu alasannya, Ay! Tapi aku gak bisa lihat kamu kritis seperti tiga tahun yang lalu,” “Hatiku hancur melihat kamu seperti itu?” “Aku gak bisa mengurus kamu waktu itu,” “Aku selalu gak bisa tidur karena belum memastkan kamu udah sadar dan baik-baik saja,” ungkap Jay yang sudah mulai emosi.
“Kamu beneran ke sana?”
“Iya, waktu itu situasinya aku lagi jemput Reta karena ketinggalan Bis. Entah ada apa dengan hari itu mobil aku mogok, alhasil aku harus menginap dan mencari hotel, baru saja akan memesan dua kamar, tiba-tiba Om Tirta mengirim pesan lagi, dan aku di beri kesempatan buat menjaga kamu selama satu malam sebelum Ibu kamu datang di pagi hari untuk ganti shift dengan Om Tirta,” “Jadinya aku pesan satu hotel untuk Reta, paginya setelah menjenguk kamu, aku pergi ke hotel itu sambil menunggu mobil yang ada di bengkel, siangnya baru kita pulang,” “Percayalah, setelah itu aku makin gak bisa tenang, karena gak tau, kamu baik-baik saja atau enggak,” “Untungnya Om Tirta selalu rutin ngasih kabar, baik atau enggak, selebihnya aku gak tau kamu ngapain aja dan apa yang kamu lakukan,” “Tapi aku bersyukur, dengan mendengar kabar kamu saja itu sudah cukup bagi aku,” ungkap Jay meluruskan prasangka Ayleen.
Dengan tangan yang masih di genggam, Jay memeriksa pesan melalu Handphone, di sana Jay tersenyum lebar.
“Ay, ayo kita pulang,” “Kali ini aku gak akan pernah melepaskan kamu lagi, apapun yang terjadi,” ungkap Jay bertekad kuat.
Jay menarik Ayleen untuk masuk ke dalam mobil Jay, dan langsung membawa Ayleen pergi dari sana.
-Nay.