Berdamai

Setelah menerima pesan dari Firdhan, Thio langsung bergegas untuk menjemput Caca dan Aliesha. Thio semakin khawatir karena saat ini di luar sedang hujan lebat disertai petir. Merasa ada sesuatu yang tertinggal, Thio yang sudah berada di garasi, kini kembali lagi membuka pintu rumahnya untuk mengambil barang yang diperlukan pada kondisi saat ini. Dengan segera Thio membawa payung, jaket untuk Caca kenakan, serta kebutuhan lainnya.

Sedangkan suasana di kafe, Firdhan masih asyik bercanda dengan caca, Aliesha hanya bisa tertawa melihat mereka yang terlalu lucu untuk dilihat. Tidak lama kemudian, Thio sampai ke depan kafe, memakia pakaian begitu sederhana, dirinya hanya memekai t-shirt dilengkapi dengan jaket, serta celana kain yang ia singsingkan agar tidak terkena basah oleh air hujan, dan karena hujan, thio memaksa menggunakan sandal jepit.

“Yeayy, ayah Caca udah sampe, tuh,” ungkap Firdhan langsung pergi mengantarkan barang yang Caca beli untuk dimasukkan ke dalam mobil Thio. Sedangkan Caca langsung mendekat ke arah Aliesha, dan bersembunyi di balik tubuh Aliesha seperti menghindari ayahnya tersebut.

“Ca ... kenapa?”

“....” Caca semakin erat memegang ujung baju Aliesha.

“Ca ... dengarkan tante, ya?” Aliesha membalikan badan, terduduk, memegang bahu Caca. “Kenapa? Masih marah sama Ayah?” Tanya Aliesha pelan.

“Takut ....” lirih Caca yang hampir menangis.

“Ca ... kemarin ayah bersikap seperti itu, karena sayang sama Caca, ayah ingin Caca menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” “Caca lihat ke sana coba, ayah datang ke sini demi Caca, Lho. Padahal di luar sedang hujan lebat, tapi karena sayang sama Caca, ayah bela-belain kesini,” “Kalau Caca bersikap seperti ini terus, nanti ayahnya sedih,” “Yang ayah punya itu cuman Caca.”

“....” kini caca melihat ke arah Thio yang sudah ada di depan sana, tersenyum melihatnya.

“Ayo, di sambut ayahnya?” dengan segera Caca berlari menghampiri ayahnya dan langsung memeluknya erat.

Aliesha mendekat ke arah mereka berdua yang saling melepaskan rindu.

“Ca ....”

“Ayaaah ....”

“Caca kenapa menangis, sayang?”

“Caca minta maaf sama ayah, caca salah, caca sayang sama ayah,” lirih Caca.

Thio melihat nanar ke arah Caca sambil mengangguk tanda memaafkan anaknya tersebut “Anak baik, ayah juga sayang sama Caca,” ungkap Thio dengan tangan yang sibuk mengoleskan minyak telon ke badan Caca, kemudian memakaikan jaket agar tubuhnya tidak kedinginan.


Kini mereka sudah ada di mobil degan posisi Aliesha dan Thio duduk di depan, sedangkan caca duduk di belakang yang sudah dilengkapi dengan car seat khusus. Mobil sudah melaju dengan kecepatan pelan, karena hujan lebat yang tak kunjung berhenti. Sedangkan Firdhan pulang ke rumahnya menggunakan motor yang tadi digunakan untuk membonceng Caca dan Aliesha.

Thio terus melihat ke arah spion depan, didapatnya Caca sedang menguap menahan kantuk.

“Ca ... kalau ngantuk, tidur aja, sayang?”

“Enggak mau, nanti mau main sama tante.”

“Sudah malam, sayang, tantenya harus pulang.”

“Tapi, Om Fildhan bilang, kalau tante udah janji mau temenin caca tidul di lumah.”

“Oh, ya?” Aliesha terkaget mendengar ucapan Caca.

Aliesha langsung melihat ke arah Thio, dan menjelaskan lewat bahasa tubuhnya kalau dia tidak berjanji dan tidak mengatakan itu kepada Firdhan.

Thio hanya tersenyum di sana, dan menjawab, “Iya, tante tidur sama Caca hari ini, ya? Jangan khawatir”.

“Pak ....”