👨‍👩‍👧

Aliesha terus memainkan ponsel suaminya untuk membalas pesan Firdhan karena Thio sedang fokus menyetir mobil.

“Yah, aku boleh pap muka aku gak ke Firdhan?” sambil memainkan kamera ponsel tersebut.

Thio melirik ke arah Aliesha yang sedang asyik berfoto dengan ekspresi gemasnya.

“Foto yang banyak sayang, tapi yang dikirim ke Firdhan jangan foto kamu.”

“Ya terus?”

“Foto saya saja yang dikirim, enak saja si Firdhan!”

“AHAHAHA cemburu kok sama Firdhan.”

“Kamu gak tau aja Firdhan kayak apa? Dibilangin dia gak pernah nunjukin suka sama cewek segitunya lho,” ungkap Thio dengan rasa kesal yang memuncak. “Firdhan chat aneh-aneh nih pasti, sini pinjem dulu bentar,” pinta Thio, mobilnya ia hentikan sejenak di pinggir jalan. “Modus banget ni anak,” celoteh Thio sambil menyerahkan kembali ponselnya terhadap Aliesha. Sedangkan Aliesha hanya tertawa karena melihat suaminya tersebut yang sedang terbakar api cemburu.

Tidak lama kemudian mereka berdua telah sampai ditempat tujuan.

“Yeay sampai juga, ih tapi aku degdegan,” ungkap Aliesha sambil membuka pintu mobilnya, namun tangan Aliesha di tahan oleh Thio.

“Kiss dulu,” pinta Thio manja.

Aliesha hanya menatap Thio datar.

“Cup.” Aliesha mengecup sekilas bibir Thio.

“Gak kerasa.” Thio merengek kembali.

“Sisanya ntar di rumah, ayo cepet mereka udah nunggu lama lho,” ajak Aliesha sambil membuka pintu mobilnya dan menghiraukan permintaan Thio.

Sambil membuka seatbelt Thio keluar dari mobil menyusul Aliesha.

“Pelan-pelan sayang,” ungkap Thio ketika melihat istrinya sedikit berlari karena tidak sabar untuk menemui Caca dan beberapa keluarga lainnya.

Setibanya di sana, pengantin baru tersebut disambut hangat oleh keluarga Mahatma.

“Ayah ....” panggil Caca terus menatapnya, rasa ingin menghampiri namun kekuatan badan masih terlalu lemah.

“Ya ampun anak ayah udah sehat, ya? Gimana masih ada yang sakit gak?” Tanya Thio sambil terus mengecup wajah anaknya tersebut.

Aliesha hanya bisa tersenyum melihat aksi keduanya. Caca teralihkan ketika melihat apa yang sedang dibawa oleh Aliesha.

“Jangan sakit-sakitan terus, ya? Ini hadiah buat Caca karena udah jadi anak hebat,” ungkap Aliesha sambil ikut mengelus rambut Caca, sedangkan anaknya hanya bisa mengangguk patuh.

“Bilang apa dulu sama ibu?”

“Makasih, ibu. Caca suka hadiahnya,” ungkap Caca dan memeluk erat hadiah tersebut yang berupa boneka besar.

“Sama-sama sayang.”

“Ah anjir keluarga cemara teh bener we inimah,” celoteh Firdhan.

“Firdhan, gak boleh ngomong kasar depan anak kecil!” ungkap Vinda mengingatkan.

“Ehehe,” semua orang hanya bisa tertawa melihat kelakuan Firdhan.

Kemudian fokus Vinda teralihkan ketika melihat Rafa yang terus memainkan ponselnya dibandingkan fokus untuk memakan makanannya. “Rafa dari tadi senyum-senyum terus sambil lihat ponsel, chat siapa, nak?”

“Maaf, ma,” jawab Rafa dan menyimpan ponselnya di dekat piring yang ia gunakan.

“Gak usah minta maaf, mama juga pernah ada masanya seperti itu, kok,” “Kenalin dong sama mama,” tanya Vinda sambil memotong steiknya untuk ia lahap.

“Iya ma, nanti Rafa bawa Almira ke rumah,” balas Rafa refleks menyebutkan nama perempuannya.

“Oh Almira namanya? Kok seperti tidak asing, ya?”

“Oh, ya? Jangan-jangan mama pernah ketemu sama dia?”

“Sepertinya?”

“Oh mungkin namanya saja yang mirip,” balas Rafa yang kini fokus memakan makanannya.

“Mama ingat! Mama ingatnya Almira teman Firdhan tapi,” celetuk Vinda yang membuat aksi Rafa terhenti.

“Firdhan?” Rafa terkejut. “Lagi?!” batin Rafa menggerutu.

“Iya, mama lihat Firdhan bonceng Almira itu malem-malem kan? Yang pas mama tanya tuh, kalian baru beres makan di salah satu rumah makan, kan?” Tanya Vinda terhadap Firdhan.

Suasana menjadi serius ketika Firdhan tiba-tiba tidak lagi bercanda sedangkan Rafa hanya menunduk terlihat sedang menahan amarah yang sepertinya ada satu urusan dengan Firdhan perihal perempuan tersebut.

Thio terus mengamati sikap Rafa dan Firdhan yang begitu canggung untuk dilihat saat ini.

“Udah ma, jangan ganggu anak muda, mau siapapun itu yang penting itu kan itu urusan mereka,” ungkap Thio agar tidak ada lagi kecanggungan seperti saat ini.

“Mama gak ganggu, bebas saja silakan, asalkan jangan melewati batas, tapi yang mama takutkan Rafa ataupun Firdhan memutuskan untuk menikah muda seperti kamu, mama kurang setuju tentang itu,” ungkap Vinda tiba-tiba membahas tentang pernikahan.

“Apa salahnya menikah muda? Selama Rafa sama Firdhan sanggup untuk menafkahi anak dan istrinya?”

“Mama gak mau kalau nanti nasibnya seperti kamu nak, terlalu terburu-buru menikah namun pada akhirnya?”

“Ma, jangan samakan nasib Thio sama mereka berdua lah, siapa juga yang mau menikah muda diantara mereka, Rafa sama Firdhan gak ada yang bilang mau menikah mudah juga, kan?”

Thio bertatap dengan Rafa teringat dengan pesan terakhirnya sebelum datang ke sini yang membahas tentang keinginan Rafa untuk menikah muda.

“Kalaupun diantara mereka mau, ya silakan saja, Thio gak keberatan, kita sebagai keluarga gak boleh dong menghalangi kebahagiaan mereka?”

“Tapi mama kurang setuju, mama takut anak mama kejadian seperti itu lagi, bukannya kita harus belajar dari sebelum-sebelumnya?”

“Iya Thio ngerti apa maksud mama, udah bahas yang lain aja, jadi kemana-mana gini bahasannya.”

Mereka melanjutkan acara makan-makan lagi namun masih tanpa gurauan Firdhan. Firdhan menjadi pendiam, begitu juga dengan Rafa, suasana diantara mereka berubah menjadi tegang.


“Ayah mau liburan, ya?” tanya Caca tiba-tiba.

Thio terkaget refleks melihat ke arah anaknya begitupun dengan Aliesha.

“Engg—” Vinda memotong pembicaraan Thio.

“Iya, Caca sayang. Ayah mau liburan dulu sama ibu, satu Minggu ditinggal gapapa, ya?” sela Vinda.

“Ma?”

“Kapan lagi, Yo. Mama udah berusaha keras lho buat bujuk Caca, karena biar tidak ikut sama kalian.”

Thio melihat mata Caca yang mulai berkaca-kaca karena sebenarnya dia ingin sekali ikut pergi.

“Caca mau ikut?” Thio menawarkan sambil mengusap punggung tangannya.

“Caca gak akan ikut, ya? Kan kita juga mau liburan bareng Om Firdhan sama Om Rafa, iya kan? Caca udah janji, kan?” jawab Vinda meyakinkan cucunya tersebut.

Sepertinya Caca berubah pikiran dari ajakan Mama Vinda tadi pagi.

“Jangan nyesel lho kalau ikut sama ayah, soalnya ayah gak banyak main kalau liburan, gak seru. Beda lagi kalau sama Om Firdhan sama Om Rafa, Caca diajak main sepuasnya, beli cake sepuasnya, belum lagi mainan yang bagus. Apalagi kan kita mau ke pantai juga, Caca kan selalu bilang sama Om, kalau Caca mau ke pantai,” bujuk Firdhan agar Caca tidak berubah pikiran.

“Inget gak kalau Om juga janji buat beliin Caca mainan baru? Terus beliin tas baru buat Caca sekolah, yang ini?” Rafa sambil melihatkan ponselnya melihatkan tas kesukaan Caca yang sangat lucu.

Rafa dan Firdhan kembali kompak demi membujuk Caca dengan mengenyampingkan masalah pribadi mereka.

Di sana Caca kembali meluluh dan mengangguk tanda setuju untuk pergi liburan bersama mereka dibandingkan sama orang tuanya.

“Ayah ... ibu ... hati-hati,” “Katanya ayah sama ibu mau jemput adik bayi, ya?” “Jangan lupa telfon Caca ke handphone nenek kalau sudah sampai di sana” ucap Caca yang masih lemas.

Thio hanya mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca hingga meneteskan air mata karena takjub dengan putrinya yang tumbuh begitu cepat dan pengertian layaknya orang dewasa.

“Dih nangis, NGAHAHA,” ejek Firdhan mencairkan suasana kembali.

“Udah mau anak dua, kok masih cengeng?” sambung Aliesha sambil tersenyum dan mengusap air mata Thio dengan tangannya kemudian memeluknya singkat.

“Yaaah makin nangis,” Firdhan kembali mengejek sedangkan Rafa dan Vinda hanya bisa tertawa yang disertai haru.

“Ayah mana yang tega ninggalin anaknya yang lagi sakit begini?”

“Eh kata siapa Caca sakit? Caca udah sehat ya?” “Caca? coba peluk dulu ayahnya?” Pinta Firdhan.

Caca hanya mengangguk sambil tersenyum dan memeluk ayahnya tersebut.

“Peluk juga ibunya,” pinta Firdhan lagi.

Caca dan Aliesha saling memeluk erat dan Aliesha mulai menangis bahagia di sana, karena Aliesha merasakan kalau Caca sudah menerima sepenuhnya bahwa dirinya adalah seorang ibu. Disusul Thio yang ikut kembali memeluk anak dan istrinya tersebut kini mereka saling memeluk menyalurkan rasa sayang mereka. Disusul Firdhan, Rafa, dan juga Vinda, menyalurkan kehangatan keluarga yang sebelumnya tidak pernah sehangat ini.

END.